Senin, 28 Mei 2012

filsafat pendidikan barat


BAB II
PERBANDINGAN FILSAFAT PENDIDIKAN BARAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
1.    Sejarah Perkembangan Filsafat Barat
            Dalam sejarah perkembangan filsafat barat banyak ditemukan masalah yang telah dientaskan oleh banyak filosof dimasanya, dan sejalan dengan keadaan itu pula aliran filsafat barat berkembang begitu pesat dan mampu menguasai bahkan mewarnai pemikiran manusia dalam periode tertentu. Sejarah perkembangan filsafat barat itu dibagi kedalam tiga periode, yaitu zaman klasik (yunani), filsafat abad pertengahan dan filsafat abad modern. Berikut akan dijelaskan masing-masingnya:
1.1     Filsafat Zaman Klasik
            Hal ini dimulai sekitar tahun 600 SM yaitu di suatu kota bernama yunani yang terkenal dengan para ilmuwan-ilmuwannya. Awal mulanya para filosof Yunani memusatkan perhatiannya pada dunia diluar diri pribadi mereka yakni terahadap alam semesta (cosmos). Melalui ini maka berkembanglah suatu filsafat yang disebut dengan filsafat alam. Dengan ini para filosof mulai memperdebatkan tentang asal mula segala sesuatu yang ada di bumi.
*        Thales (600 SM) bahwa yang paling utama di bumi ini ialah air,
*        Anaximander (610-540 SM) bahwa dibumi ini segala sesuatu baik benda atau apapun itu sifatnya tidak terbatas.
*        Anaximenes (585-525 SM) bahwa yang paling utama di bumi yaitu udara.
*        Phytagoras  (500 SM) bahwa di bumi ini semuanya dapat dihitung dengan bilangan.
*        Heraclitus (500 SM) bahwa di bumi ini segala sesuatu tu hakikatnya selalu berubah, tidak ada yang bersifat kekal.
*        Parminides (515-440 SM) bahwa apapun yang ada di bumi sifatnya tetap.
  Jadi pada masa ini para filosof memperdebatkan antara segala sesuatu yang ada di alam semesta ini sifatnya menetap dan ada pula yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang berada di ala mini sifatnya selalu berubah. Sehingga melalui pemikiran yang mendalam diambil kesimpulan bahwa kedua pendapat adalah benar mengenai sebagian yang ada di alam sifatnya ada yang menetap dan ada pula yang berubah.
Selanjutnya muncul pandangan filosof yunani mengenai manusia (Antropos). Tentunya ini tidak dapat ditentang lagi kemunculan pendapat para filosof yang bermunculan mengemukakan argument nya, diantaranya yaitu:
*        Socrates (470-400 SM) bahwa di dalam kehidupan etika sangatlah penting. Tolak ukurnya adalah tujuan hidup manusia tidak lain merupakan menjadikan jiwa sebaik mungkin sehingga mampu memperoleh kebahagiaan yang sempurna dalam hidupnya.
*         Plato (427-347 SM) yaitu terkenal dengan took idealisme. Beliau membedakan antara dunia idea (budi manusia) merupakan realitas yang sesungguhnya bersifat menetap dan dunia empiris (pengalaman manusia) merupakan kenyataan yang bersifat semu, abstrak yang kapan saja bisa berubah sesuai keadaan.
*        Aristoteles (384-322 SM) yaitu tokoh dalam aliran filsafat realisme. Menurutnya segala sesuatu yang ada di ala mini terdiri dari dua hal yaitu zat dan bentuk. Menurutnya zat dari suatu benda sifatnya tetap sedangkan yang dapat berubah adalah bentuknya. Hal ini hingga sekarang dikembangkan juga oleh Thomas Aquinas, Berkeley dan John Locke.
*        Zeno (333-262) yakni tokoh dalam aliran Stoisme dan Hedonisme. Ia mengakui bahwa di dunia ini segala hal bersifat menetap karena yang bertindak adalah rasio manusia
*        Epikuris (341-270) yaitu terkenal dalam tokoh hedonism. Ia mendukung pendapat Zeno dan menurutnya tujuan hidup ini adalah mencari kenikmatan dan kepuasan.
            Maka dapat diperoleh kesimpulan dari zaman klasik hanya dua pandangan yang mampu ditelaah oleh para filosof yaitu pandangan mengenai alam yang berada diluar diri manusia yang disebut dengan cosmos serta pandangan mengenai manusia itu sendiri yang disebut dengan antropos.


1.2    Filsafat Abad Pertengahan
            Pada masa ini berkembang filsafat scholastik yang perhatiannya tertuju pada dunia Ketuhanan yang dikuasai oleh ajaran kriistiani. Sekita abda ke-13 alam pikiran hampir seluruhnya dikuasai oleh gereja dan filsafat tidak dapat terlepas lagi dari yang namanya theology (Ketuhanan). Berikut pandangan para filosof yang ikut berkontribusi dalam memberikan pandangan, antara lain:
*      Thomas Aquinas (1225-1274) menyampaikan bahwa ilmu pengetahuan adalah hamba sahaya dari theology (abad the dark age). Lalu menyatakan tentang hubungan iman dan akal yang menghasilkan budi dipelopori oleh ajaran kristiani.
*      Albertus Magnus (1200-1280), pendapat yang dikemukakan juga hampir sama dengan Thomas Aquinas bahwa ada hubungan antara kebenarabn dengan hakekat Tuhan.
*      Duns Scotus (1266-1308), juga mendukung penelitian tetang dua pendapat sebelumnya dan sama sekali tidak menentang.
            Sebenarnya jika diteliti kembali filsafat abad pertengahan ini banyak dipelopori oleh Aristoteles yang menjadikan ajaran kristiani menjadi landasan berdirinya filsafat scolastik. Namun sangat disayangkan pada zamannya filsafat ini tidak mampu mempertahankan diri begitu lama akibat para tokohnya tidak mampu mempertahankan pendapat yang telah dirumuskan. Sehingga tidak perlu waktu yang lama untuk filsafat ini mundur dari dunia pendidikan. Padahal pendapat-pendapat Aristoteles dalam filsafat ini banyak digunakan oleh filosof-filosof islam. Mereka menterjemahkan kembali apa yang dimaksudkan oleh Aristoteles sehingga salah satu tokoh ternama yakni Al-Farabi justru dikenal dengan komentator filsafat aristoteles.
1.3    Filsafat Zaman Modern
  Masa ini dimulai pada abad ke 15 yang terbagi ke dalam empat periode yaitu Renaisans, Barok, Pencerahan, Romantik, da Kontemporer (mutakhir).
Berikut akan dijelaskan masing-masing periode tersebut:
*      Masa Renaissans (kelahiran kembali) 1400-1600
            Lingkup pemikirannya adalah mengenai perkembangan seni, filsafat dan ilmu. Sehingga pada masa ini mengacu pada manusia (antropos) sebagai bagian utama dari realitas alam.
            Dengan demikian berkembanglah Filsafat Humanisme yaitu mempersoalkan tentang manusia, yakni apakah manusia itu makhluk bebas, atau yang memiliki kemauan yang bebas, atau bahkan manusia tidak memiliki kebebasan sama sekali. Tokoh utama aliran humanis ini ialah Aristoteles dan diikuti oleh Thomas hobbes,Thomas moore dan Francis Bacon. Para pendidiknya yaitu Erasmus, J. A. Comenius, John Locke, J.J. Rousseau dan Peztalozzi.
*      Masa Borok sekitar 1600-1700
            Pada masa ini berbeda dengan masa sebelumnya, bahwa dalam masa borok mereka meletakkan akal manusia sebagai alat terpenting untuk dapat memahami kehidupan dan hidup manusia. Pada masa ini juga filsafat barat terkenal dengan awal lahirnya paham sekularisme barat yang filosof-filosofnya kebanyakan ahli dalam bidang matematika.
            Adapun filosof yang muncul pada masa borok ini yaitu Rene Descartes, Benedictus Spinoza, dan G. Leibniz. Yang paling Berjaya dipakai dalam falsafahnya yaitu perkataan dari Descartes , ia menyatakan “saya berpikir maka saya ada”. Menurutnya badan dan jiwa adalah dua hal yang letaknya terpisah, kalaupun saling berhubungan itu tidak lain karena adanya kehemdak atau campur tangan Tuhan.
*      Masa Pencerahan sekitar abad ke 18
            Penekanan filsafat dalam bagian ini yaitu mendukung falsafah sebelumnya. Masa pencerahan ini menganggap bahwa dengan peranan akal maka semua masalah dapat dipesahkan dan dientaskan. Sehingga berkembang dua aliran filsafat yakni Empirisme dan Rasionalisme. Berikut tokoh-tokoh filsafat masa pencerahan yaitu Immanuel Kant (tokoh rasionalisme), dan John Locke (tokoh emprisme) selanjutnya diikuti oleh Geoge Berkeley, David Hume serta J.J. Rousseau.
*      Masa Romantik yang dimulai pada tahun 1770
            Pada masa ini kembali lagi kepada pemahaman tentang idealisme yang pernah muncul pada zaman Rainassens yang dipelopori oleh Plato sebagai pencetusnya. Dalam masa ini bermunculan filsuf-filsuf diantaranya Fichte, Schelling, dan Hegel. Filsafat Hegel berkembang dan mempengaruhi pemikiran abad ke 19 dan abad ke 20.
*      Filsafat Kontemporer yang dimulai pada abad ke 19
            Filsafat ini muncul akibat reaksi terhadap filsafat yang dibawa oleh Hegel. Dalam masa ini mereka menolak bahwa benda yang ada di alam dilihat secara idealism adalah kebenaran. Dengan mempertimbangkan banyak hal maka muncullah beberapa filsafat baru yakni Positivisme, Vitalisme, Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Filsafat Analitik.
2.    Latar Belakang Pembaharuan Dalam Islam
            Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam. Abad inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di Timur Melalui Pesia sampai India. Daerah-daerah ini kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah, kemudian di Damaskus, dan terakhir di Bagdad. Abad ini lahir para pemikir dan ulama besar seperti; Maliki, Syafi’I, Hanafi, dan Hambali. Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya.
Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang barat (Eropa) pada abad selanjutnya.
            Di pandang dari segi sejarah kebudayaan, maka maka tugas memelihara dan menyebarkan ilmu pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya dibanding dengan mencipta ilmu pengetahuan.
2.1    Pendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam
*      Paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa kepada kekufuran.
*      Sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas kejumudan.
*      Umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan kesatuan, karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam. Maka untuk mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan pembaharuan.
*      Hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat. Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya peperangan antara kerajaan Usmani dengan negara-negara Eropa, yang biasanya tentara kerajaan Usmani selalu memperoleh kemenangan dalam peperangan, akhirnya mengalami kekalahan-kekalahan di tangan Barat, hal ini membuat pembesar-pembesar Usmani untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer Eropa yang baru muncul. Menurut mereka rahasianya terletak pada kekuatan militer modern yang dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan dipusatkan di dalam lapangan militer, namun pembaharuan di bidang lain disertakan pula.
            Pembaharuan dalam Islam berbeda dengan renaisans Barat. Kalau renaisans Barat muncul dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan dalam Islam adalah sebaliknya, yaitu untuk memperkuat prinsip dan ajaran-ajaran Islam kepada pemeluknya. Memperbaharui dan menghidupkan kembali prinsip-prinsip Islam yang dilalaikan umatnya. Oleh karena itu pembaharuan dalam Islam bukan hanya mengajak maju kedepan untuk melawan segala kebodohan dan kemelaratan tetapi juga untuk kemajuan ajaran-ajaran agama Islam itu.
2.2    Latarbelakang pemikiran politik Islam
*      Pertama, kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor internal dan yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaharuan dan pemurnian.
*      Kedua, rongrongan Barat terhadap keutuhan kekuasaan politik dan wilayah dunia Islam yang berakhir dengan dominasi atau penjajahan oleh negara-negara Barat tersebut.
*      Ketiga, keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi, dan organisasi.
Ketiga hal tersebut ini juga memberi pengaruh pada pemikiran politik Islam yakni banyak di antara para pemikir politik Islam tidak mengetengahkan konsepsi tentang sistem politik Islam, tetapi lebih kepada konsepsi perjuangan politik umat Islam terhadap kezaliman penguasa, lebih-lebih terhadap imperialis dan kolonialis Barat. Perhatian mereka lebih banyak dipusatkan pada perjuangan pembebasan dunia Islam dari cengkraman atau dominasi Barat. Kalau gerakan pembaharuan umat Islam di Turki pada akhirnya menimbulkan Negara Turki yang bersifat sekuler, gerakan pembaharuan umat Islam di India melahirkan Negara Pakistan yang mempunyai agama sebagai dasar.
Gerakan yang diusung oleh tiga tokoh pembaharu, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha, dikenal dengan gerakan Salafiyah yaitu suatu aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh generasi pertama Islam.
Pemerintahan yang ideal menurut Muhammad Abduh kurang lebih seperti yang diangankan oleh ahli-ahli hukum pada abad pertengahan, penguasa yang adil, yang memerintah sesuai dengan hukum dan bermusyawarah dengan para pemimpin rakyat.
            Kemunculan ide pembaruan dilatarbelakangi oleh suatu proses yang panjang. Sejak awal abad ke-2 H (8M). Islam dalam perkembangan dakwahnya yang makin meluas mengharuskan Islam berinteraksi dengan peradaban dan agama lain. Sehingga timbul pergolakan pemikiran antara Islam dengan pemikiran asing. Hal ini mendorong para pemikir Islam untuk membahas aqidah Islam dari berbagai segi. Termasuk mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan aqidah Islam ketika menghadapi aqidah lain (terutama Nashrani dengan menggunakan cara berfikir filsafat Yunani). Akhirnya untuk menghadapi orang-orang Nashrani, umat Islam pun mempelajari filsafat untuk membantah tuduhan-tuduhan terhadap aqidah Islam, yang pada perkembangannya disebut dengan ilmu kalam.
Ilmu kalam ini dikembangkan oleh generasi setelah shahabat (khalaf) yang berbeda dengan generasi shahabat (salaf). Kalangan khalaf telah membahas lebih jauh tentang dzat Allah dengan menggunakan metode pembahasan filosof Yunani. Metode ini menjadikan akal sebagai dasar pemikiran untuk membahas segala hal tentang iman. Para pemikir Islam berusaha mempertemukan Islam dengan pemikiran filsafat ini. Cara berfikir ini memunculkan interpretasi dan penafsiran yang menjauhkan sebagian arti dan hakekat Islam yang sebenarnya. Hal ini ditambahkan dengan masuknya orang-orang munafik ke tubuh umat Islam. Mereka merekayasa pemikiran dan pemahaman yang bukan berasal dari Islam dan justru menimbulkan saling pertentangan. Terlebih lagi kelalaian kaum muslimin terhadap penguasaan bahasa Arab dan pengembangan Islam yang terjadi sejak abad ke-7 H, mengakibatkan Islam semakin mengalami kemerosotan.
Terkikisnya pemahaman Islam yang hakiki terus berlanjut sampai awal abad ke-13 H. Saat itu umat Islam mulai mengupayakan pembaruan untuk memahami syariat Islam yang akan diterapkan dalam masyarakat. Islam ditafsirkan tidak semata-mata selaras dengan isi kandungan nash-nash. Disaat kaum muslimin mengalami kemerosotan berfikir, cara pandang mereka mulai teracuni oleh cara pandang asing. Tsaqofah Islam kian melemah. Upaya-upaya pembaruan semakin merebak. Para pembaru memandang perlunya mengatasi masalah dengan melakukan interpretasi hukum-hukum Islam agar sesuai dengan kondisi yang ada. Mereka mengeluarkan kaidah-kaidah umum dan hukum-hukum terperinci sesuai dengan pandangan tersebut. Bahkan mereka membuat kaedah umum yang tidak berdasarkan perspektif wahyu (Al-Quran dan Hadits).
Sampai dengan perempat ketiga abad ini, gerakan Islam lebih merupakan pembaharuan dalam pengertian revitalitas atau semacam romantisme. Hampir seluruh gerakan Islam dimotori oleh semangat menghidupkan kembali tradisi Islam Klasik sebagai reaksi atas kebangkrutan kekuasaan politik Islam di satu sisi sementara didominasi politik dan intelektual Barat modern merupakan fenomena mondial. Gerakan Islam baik di Timur Tengah maupun beberapa kawasan Asia seperti India bertumpu pada emansipasi politik dan intelektual dalam romantisme dan revitalisasi di atas
Walaupun kecendrungan di atas telah berhasil membebaskan beberapa kawasan Islam dari kolonialisme dan membangkitkan kembali kepercayaan diri dunia Islam, namun pembaharuan Islam bersifat eksternal. Di sisi lain, Negara-negara baru Islam pun berhadapan dengan realitas baru tumbuhnya Negara bangsa yang merupakan wacana baru pemikiran Islam. Tanpa suatu tradisi intelektual yang mampu berdialog dengan peradaban modern, Negara-negara baru Islam mulai berhadapan dengan bagaimana membangun tata kehidupan sebagai realisasi semangat dan pesan universal Islam. Pengembangan kehidupan sosial muslimpun berhadapan dengan realitas obyektif yang kurang lebih serupa. Bagaimana membangun peradaban Islam dalam masyarakat modern, sesungguhnya merupakan agenda gerakan Islam masa depan.
3.    Hubungan Filsafat Islam Dengan Filsafat Yunani (barat)
            Suatu kebanaran yang tidak dapat ditolak adalah pengaruh peradaban Yunani, Persia, dan India. Diantara ilmu-ilmu tersebut yang paling besar pengaruhnya terhadap inteletual kaum muslim yaitu ilmu hitung, astronomi, kedokteran yang berasal dari India. Sedangkan dari Persia mempengaruhi dunia islam dalam bidang ilmu bumi, logika, filsafat, astronomi, ilmu ukur, kedokteran, sastra dan seni. Akan tetapi menurut Ahmad Amin pengaruh yang lebih besar diterima umat islam berasal dari yunani. Hal ini dikarenakan kontak umat islam dengan kebudayaan yunani bersamaan dalam kepenulisan ilmu-ilmunya. Dalam hal logika yunani besar sekali mempengaruhi bentuk, isi dan susunan ilmu, ini terjadi pada masa Bani Abbas, ini bukan berarti menjiplak tetapi menadikan pandangan sebelumnya sebagai tolak ukur atau pun gaya berpikir.
            Cara lahirnya filsafat Yunani dan mewarnai kancah duni Islam diungkapkan dalam sejarah kerajaan di kota Alexandria hingga Bizantium. Hingga pada akhirnya pada masa Dinasti Abbas dengan pusat kerajaan Baghdad mulai tertarik pada filsafat yunani. Dikota inilah timbul gerakan penterjemahan buku-buku yunani kedalam bahasa arab atas dorongan Khalifah Al-Mansur dan kemudian Khalifah harun Al-Rasyid.
            Jika ditelaah lebih dalam gerakan penterjemahan itu sudah dimulai sejak zaman Dinasti Bani Umayyah yang disponsori oleh Khalifah Khalid Ibnu Yazid. Saat itu buku-buku yang diterjemahkan erat kaitannya dengan keperluan hidup praktis, seperti ilmu kimia dan kedokteran. Kegiatan penterjemahan mencapai zaman keemasannya pada masa Khalifah Al-Makmun, ia juga termasuk seorang intelektual yang sangat menggandrungi ilmu pengetahuan dan filsafat. Beliaulah yang mendirikan akademi Bait Al-Hikmah yang dipimpin oleh Hunain Ibnu Ishaq, seorang nasrani yang ahli bahasa  yunani dan dibantu oleh anaknya Ishaq Ibnu Huanain, Sabit Ibnu Qurra, qusta Ibnu Luqas, Hudaibah ibnu Al-Hasni, Al-kindi dan lain-lain. Akademi ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat penterjemahan tetapi juga menjadi pusat pengembangan filsafat dan sains.
            Dalam era penterjemahan ini bermacam-macam buku filsafat dalam berbagai bidang diterjemahkan kedalam bahasa arab, baik dari bahasa Siryani, Persia, maupun yang berbahasa yunani sendiri. Diantaranya karya Plato seperti Thaetitus, Cratylus, Parmenides, Tunaeus, Phaedo, Politicus dan lain-lain. Karya Aristoteles  seperti Categoriae, Rethorica, De caelo, Ethica Nichomachaea, dan karya Neo Platonisme seperti Enneads, Theologia, Isagoge, Elements of Theology, dan lain-lain.
            Telah disampaikan bahwa dengan adanya era penterjemahan ini umat islam telah mampu menguasai intelektual dari tiga kebudayaan yang sangat tinggi ketika itu, yakni Yunani, Persia, dan India. Para intelektual islam tidak hanya mampu menguasai filsafat dan sains, tetepai mereka juga mampu mengembangkan dan menambahkan hasil observasi mereka ke dalam sains dan hasil pemikiran mereka ke dalam lapangan filsafat.
4.    Perbandingan Filsafat Pendidikan Islam Dan Filsafat pendidikan Barat
            Dalam beberapa hal, rasanya tidak cukup proporsional jika membandingkan filsafat pendidikan islam yang berorientasi wahyu dengan filsafat pendidikan barat yang murni rasional. Akan tetapi mengingat epistemologi islam tidak mengenal pertentangan antara wahyu dan akal. Maka perbandingan ini menjadi mungkin.
            Disamping itu, dalam beberapa hal Filsafat pendidikan islam tidak jarang mengambil konsep-konsep atau teori-teori yang berasal dari filsafat pendidikan barat, sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok filsafat pendidikan islam kritis. Adopsi dan adaptasi semacam ini dapat dilakukan filosof islam karena yang menjadi keyakinan ilmiah kaum muslim adalah:
*      Allah member hikmah kepada orang yang dikehendakiNYA. Barang siapa yang diberi hikmah, maka sungguh ia akan mendapatkan kebaikan yang banyak.
*      Perkataan hikmah itu adalah barang hilang bagi kaum mukmin, maka ia berhak atasnya dimana pun ia menemukannya.
*      Ambillah hikmah itu dari manapun datangnya.
*      Carilah ilmu pengetahuan walaupun sampai ke negeri Cina.
            Dengan beberapa alasan diatas perbandingan ini menjadi penting adanya dalam merumuskan sebuah filsafat pendidikan yang khas islam, yang berbeda dengan filsafat pendidikan lainnya. Di lain pihak, perbandingan semacam ini perlu dilakukan dalam rangka tegak dan kokohnya epistemology filsafat pendidikan islam yang mandiri.
Berikut tabel perbandingan antara filsafat pendidikan islam dan filsafat pendidikan barat tersebut:
No
Aspek Pembanding
Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan Barat
1
Landasan
Berlandaskan pada wahyu Allah yakni Al-quran dan Hadist
Berlandaskan pada humanisti murni, yang mengandalkan rasionalisasi.
2
Hakikat kebenaran
Kebenaran sifatnya tidak terbatas namun universal.
Kebenaran itu sifatnya parsial yang membuatnya sering terjadi pertarungan anta ride oleh ahlinya.
3
Prinsip pengembangan
Berusaha mengembangkan antara yang profan dan sakral secara integral. Mencetak manusia yang mengintegralkan aspek dunia dan akhirat.
Hanya mengembangkan aspek profane saja. Menghasilkan manusia yang mono dimention (ahli dalam satu bidang).
4
Pandangan kepribadian manusia
Mengembangkan kepribadian manusia mulai dari hati hingga akal.
Hanya memperhatikan fungsi akal saja dalam menyelesaikan masalah.
5
Ide-ide atau gagasan
Dalam mengembangkan idenya berisafat teoritik dan realistik (dapat diwujudkan dalam bentuk tingkah laku).
Dalam mengembagkan idenya sulit ditransformasikan dalam tingkah laku dalam kehidupan nyata.

            Terlepas dari kelebihan dan kekurangan diantara keduanya yaitu antara filsafat pendidikan islam dan filsafat pendidikan barat. Tetapi yang jelas filsafat pendidikan islam harus bisa bersikap bijak dan selektif untuk mengambil hal-hal positif dari filsafat pendidikan barat. Nilai-nilai positif filsafat pendidikan barat merupakan “hikmah” yang hilang dari kaum muslimin. Oleh karena itu, kaum muslim yang intelek harus dapat mengambil dan memanfaatkannya demi kemajuan islam kedepannya.
           
           


BAB III
PENUTUP
1.    Kesimpulan
v  Filsafat pendidikan barat juga memiliki sejarah awal berdirinya yang pada permulaannya para filsuf barat membahas tentang masalah segala sesuatu yang berada diluar diri mereka yakni alam (cosmos) hingga kepada hakikat manusia (antropos).
v  Filsafat pendidikan barat dalam perkembangannya terbagi kedalam tiga periode yakni periode klasik, pertengahan dan modern.
v  Masing-masing periode memiliki cirri khas tersendiri yang menjadikannya berbeda dari periode seblumnya dan melahirkan aliran-aliran menurut pandangan masing-masing teori menurut filosof-filosofnya.
v  Kemunculan peradaban filsafat pendidikan islam sebenarnya ada hubungannya dengan filsafat barat ataupun yunani dimana para ilmuwan muslim banyak menterjemahkan buku-buku karangan filosof yunani kedalam bahasa arab. Dan berusaha mengambil hikmah yang benar didalamnya.
v  Dalam mencapai puncak kejayaan dalam hal menterjemahkan dapat diketahui bahwa hal ini dimulai pada masa Bani Abbas.
v  Ada beberapa hal yang menjadi perbandingan antara filsafat pendidikan islam dan filsafat pendidikan barat. Dalam hal ini perbandingan diantara keduanya cukup jauh berbeda namun bukan berarti filsafat pendidikan islam menentang seluruh ajaran filsafat pendidikan barat tetapi filsafat pendidikan islam berusaha mengambil hal-hal positif dari filsafat barat.
v  Dalam bagan akhir terlihat bahwa filsafat pendidikan islam lebih mudah diwujudkan dalam bentuk tingkah lakuk dibanding filsafat barat yang sulit mentrensfer antara teori dengan realitannya seperti aliran pendidikan yang menganut idealisme, realisme, dan progressivisme.
v  Terlepas dari kelemahan dan kelebihan masing-masing filsafat keduanya sama-sama memberikan kontribusi yang amat besar dalam kiprah dunia pendidikan tentang perumusan tujuan pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
Amri, Amsal. 2009. Studi Filsafat Pendidikan. Banda Aceh: Yayasan Pena.
Arifin, Muzayyin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Soelaiman, Darwis. A. 2004. Filsafat Pendidikan Barat. Banda Aceh: Syiah Kuala             Universitas Press.
Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Zar, Sirajuddin. 2004. Filsafat islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
html.pengertiandan latarbelakangfilsafatpendidikanislam.com
Jurnal akademik tentang latar belakang filsafat pendidikan islam.


2 komentar:

  1. assallamu`alaikum ww..
    saya nizman mahasiwa STAI Madina ..kebetulan saya sedang mencari buku Soelaiman, Darwis. A. 2004. Filsafat Pendidikan Barat. Banda Aceh: Syiah Kuala Universitas Press. untuk baha penelitian,,,
    dan saya sangat membutukan buku itu sebagai bahan refrensi...kalau boleh saya ingin bukunya,,,mohon di shere ke no 082367455035

    BalasHapus